Indo Barometer: Jokowi Ungguli Prabowo di Jabar, Jateng, Sumut, Sulsel

Indo Barometer: Jokowi Ungguli Prabowo di Jabar, Jateng, Sumut, Sulsel

Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)

Lembaga Survei Indo Barometer merilis hasil survei terkait dinamika elektabilitas di sejumlah daerah yang mengukti Pilkada Serentak 2018. Beberapa daerah yang disurvei antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Survei dilakukan sejak 7-13 Juni 2018 dengan jumlah responden bervariasi.

Selain elektabilitas paslon di keempat provinsi itu, Indo Barometer juga merilis hasil simulasi pemilihan presiden dengan metode pertanyaan terbuka. Dari hasil survei di empat provinsi, Joko Widodo berhasil mengungguli Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus saingannya pada Pilpres 2014, Prabowo Subianto. 

Dari empat hasil survei juga menunjukkan Prabowo masih menjadi pesaing terkuat Jokowi. Padahal, saat ini Prabowo belum dapat tambahan dukungan nyapres dari partai lain.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menjelaskan, Prabowo tetap menjadi pesaing kuat Jokowi karena memiliki popularitas di masyakarat. Selain itu, Prabowo dinilai memiliki kendaraan politik yaitu Partai Gerindra untuk nyapres di 2019 mendatang. 

Loading...

“Karena Prabowo punya popularitas, kedua punya partai politik. Sementara seperti Pak Gatot enggak punya partai. Popularitasnya juga masih terbatas. Kalau Pak Jokowi jelas, punya popularitas, sudah didukung parpol dan beliau adalah incumbent,” kata Qodari usai memaparkan hasil survei lembaganya, di Hotel Harris FX Sudirman, Jakarta, Rabu (20/6).

Qodari menyebut terdapat perbedaan signifikan antara hasil survei sekarang dengan hasil survei pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu, Prabowo jauh mengungguli Jokowi dengan raihan elektabiltas hampir 60 persen. 

“Yang menarik kalau dibandingkan dengan Pemilu 2014 terjadi pergeseran yang signifikan. Tahun 2014 Prabowo unggul telak sama Pak Jokowi, selisih suaranya sekitar 20 persen. Prabowo 60 persen, Jokowi 40 persen. Tapi sekarang situasinya sudah terbalik. Jokowi sudah 41 persen, Prabowo baru sekitar 31 persen. Yang belum memutuskan sekitar hampir 30 persen,” jelas Qodari. 

Menurutnya, lonjakan elektabilitas Jokowi karena ia didukung oleh tingkat kepuasan publik terhadap kinerjanya selama ini. Meski begitu, popularitas Prabowo akan tetap kuat dan berpeluang menjadi pesaing Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang. 

“Tingkat kepuasan kerja Jokowi selama ini kelihatannya mengubah konstelasi politik terkait dinamika pilpres. Tapi, Prabowo juga berpeluang kembali menjadi pesaing Jokowi di 2019. Karena dia punya partai dan popularitas di masyarakat, walaupun belum mendapat dukungan partai lain,” paparnya. 

Dari hasil survei pilihan capres di Jawa Barat, Jokowi berhasil meraih elektabilitas sebesar 33,6 persen. Sedangkan Prabowo mendapat 22,8 persen. Sementara di Jawa Tengah, elektabilitas Jokowi unggul jauh di atas Prabowo yakni sebesar 71 persen, Prabowo hanya 11,6 persen.

Selanjutnya di Sumatera Utara, elektabilitas Jokowi 53,9 persen dan Prabowo 16,5 persen. Sementara di Sulawesi Selatan, lagi-lagi Jokowi unggul dengan raihan elektabiltas sebesar 26,1 persen. Sedangkan Prabowo hanya 18,0 persen. Namun, masih banyak masyarakat Sulses yang belum menentukan pilihan, yaitu sebesar 51,8 persen. 

“Di Sulsel kenapa banyak yang belum tentukan pilihan karena ada sosok Pak JK yang sangat menetukan pilihan capres masyarakat Sulsel. Di sisi lain terkait Pak JK bisa menjadi wapres kembali masih terbuka menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi,” tutup Qodari. 

Artikel Asli
Sumber: kumparan

Loading...